Tasfm.com – Penyebaran hoaks dan informasi yang salah menjadi tantangan besar dalam era digital saat ini. Menanggapi hal tersebut Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur berkolaborasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri menggelar kelas Prebunking yang bertempat di Ruang Kilisuci Balaikota Kediri, Rabu (8/5). Mengangkat tema Metode prebunking untuk penginderaan hoaks, kegiatan ini diisi narasumber dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Surabaya dan mengundang peserta dari kelompok informasi masyarakat (KIM) di kelurahan dan kecamatan se-Kota Kediri.
Terselenggaranya kegiatan ini menjadi salah satu strategi pencegahan dalam mengurangi efek penyebaran informasi yang salah. Dengan memberikan informasi akurat, kelas prebunking merupakan salah satu metode efektif untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat terhadap informasi yang diterima sehingga menciptakan lingkungan informasi yang lebih sehat. Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Informasi Komunikasi Publik dan Statistik Dinas Provinsi Jawa Timur, Putut Dermawan.
“Cepatnya dunia informasi digital tidak dibarengi dengan literasi digital dari penggunanya sehingga masyarakat begitu mudah mendapatkan informasi hoaks. Maka kegiatan kita hari ini adalah memberikan literasi digital kepada kaum muda terutama teman kelompok informasi masyarakat (KIM) yang ada di Kota Kediri,” terangnya.
Kegiatan ini dijelaskan Putut akan menyasar seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Untuk Kota Kediri, Putut menilai KIM di Kota Kediri sangat aktif dan dinamis. “Kami memilih KIM karena dikelola oleh teman- teman yang notabennya adalah pegiat medsos, netizen serta anak-anak muda. Melalui kegiatan ini teman-teman dari KIM diharapkan menjadi garda terdepan dan bisa menjadi relawan di ruang digital di Kota Kediri,” jelasnya.
Sementara itu dalam menyebarkan informasi, KIM Kota Kediri diharapkan bisa menyebarkan informasi yang positif dan akurat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengklarifikasi dan menyaring informasi yang diterima sebelum disebar luaskan. Untuk mengecek kebenaran informasi, Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur juga memperkenalkan aplikasi https://klinikhoaks.jatimprov.go.id/. Melalui aplikasi yang dikelola Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur tersebut masyarakat bisa mengecek informasi yang dibagi dalam 4 kategori. Diantaranya kategori informasi hoaks, disinformasi, ujaran kebencian dan fakta. “Aplikasi ini juga bisa dikembangkan atau direplikasi oleh teman- teman di 38 kota/kabupaten karena ini niatan kita bersama untuk memerangi informasi hoaks dan bersama sama membuat ruang digital yang sehat,” ajaknya.
Adanya kegiatan ini mendapat respon positif dan dukungan penuh dari Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri, Apip Permana. Menurut Apip kegiatan ini sebagai bentuk kampanye kepada masyarakat dalam memerangi hoaks, terlebih menjelang Pilkada yang akan diselenggarakan serentak di 37 provinsi di Indonesia. “Seperti yang kita tahu generasi muda sangat aktif dalam dunia digital. Sehingga perlu adanya sebuah pengenalan dan pemahaman literasi sekaligus menyisipkan edukasi mengenai pencegahan hoaks bagi masyarakat,” tuturnya.
Banyak efek yang terjadi akibat adanya berita hoaks yang salah satunya dapat menimbulkan keresahan di masyarakat. Adanya kegiatan ini sekaligus sebagai wujud upaya untuk mengawal ruang digital yang sehat baik menjelang hingga selesai Pilkada. Untuk itu, Apip mengimbau seluruh peserta agar turut berkontribusi di ruang digital dengan menciptakan konten-konten positif sebagai upaya memerangi berita hoaks. “Penyebaran berita hoaks sering terjadi di media sosial dan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Maka dari itu yang mampu kita lakukan adalah menekan kemunculannya agar tidak berkembang masif dan menimbulkan gejolak sosial,” tandasnya. Lebih lanjut Apip mengatakan, ada beberapa kiat agar tidak terpengaruh terhadap hoaks, antara lain adalah, tidak terpengaruh dengan judul provokatif, cermati alamat situs, baca keseluruhan isi berita, berpikir kritis serta melakukan check dan recheck.
Ditemui saat mengikuti kegiatan, Adi Sasongko salah satu peserta dari KIM Pakunden mengaku sangat antusias dan menganggap kegiatan tersebut sangat bermanfaat. “Dalam era digitalisasi perlu masyarakat ketahui dan mengerti bagaimana berita harus kita verifikasi kebenarannya sehingga tidak menjadi berita yang nantinya bisa berpotensi menimbulkan perpecahan di masyarakat,” ujarnya. Dirinya menambahkan, KIM di lingkungannya juga aktif menginformasikan kepada mayarakat untuk tidak mudah menyebarkan berita sebelum diketahui kebenarannya.
“Untuk menanggapi adanya berita hoaks, trik kita adalah membuat konten terkait berita hoaks dengan mencari sumber berita asli tentang kebenarannya dan menghimbau masyarakat untuk tidak mudah menyebarkan berita hoaks ke grup atau media lainnya,” jelasnya. Sasongko berharap melalui kegiatan ini ia dan teman-teman KIM lainnya semakin paham dan memiliki pengetahuan untuk menangkal berita hoaks.